Kemenag Bondowoso hadir memberikan layanan keagamaan, pendidikan, dan pembinaan umat yang profesional, inklusif, dan berintegritas tinggi.

30 August 2025 Berita 2 Views

Kemenag Bondowoso Tekankan Dakwah yang Sejuk dan Melek Digital pada Pembinaan Da’i-Da'iyah

Bondowoso (Bimais) – Aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bondowoso, Sabtu (30/8/2025), dipenuhi suasana hangat penuh semangat. Ratusan penyuluh agama hadir mengikuti Pembinaan Da’i - Da'iyah yang dibuka langsung oleh Kepala Kankemenag Bondowoso, Dr. H. Moh. Ali Masyhur, S.Ag., M.HI.  serta Kasi Bimas Islam, H. Mohammad Noer Fauzan.

Dalam arahannya, Ali Masyhur menegaskan bahwa peran penyuluh agama sangat vital sebagai wajah Kemenag di tengah masyarakat. Menurutnya, penyuluh bukan sekadar hadir di kantor atau memenuhi daftar absensi, melainkan agen dakwah yang membawa kesejukan, kedamaian, dan teladan nyata di masyarakat.

“Penyuluh adalah wajah Kementerian Agama. Mari tebarkan senyum, tebarkan kedamaian. Jangan sampai dakwah membuat jamaah pulang justru pusing, tapi harus menyejukkan, mendekat, dan membahagiakan,” pesannya.

Selain menekankan pentingnya dakwah yang santun dan menyejukkan, Ali Masyhur juga mengingatkan agar para penyuluh mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, khususnya dunia digital.

“Sekarang anak muda berdakwah lewat TikTok, YouTube, dan konten kreatif. Penyuluh tidak boleh kalah. Dunia digital jangan ditakuti, justru harus dijadikan ladang amal jariyah. Kalau kita membuat konten kebaikan, maka pahalanya akan terus mengalir,” tegasnya.

Ia menambahkan, dakwah yang kreatif dan adaptif akan membuat pesan agama lebih mudah diterima generasi muda tanpa kehilangan esensi ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Kasi Bimais, H. Mohammad Noer Fauzan, dalam kesempatan itu juga menekankan bahwa penyuluh agama merupakan garda terdepan dalam menjaga harmoni keberagaman di Bondowoso.

“Kepala KUA adalah penanggung jawab di kecamatan, sementara penyuluh adalah ujung tombak dakwah. Maka keduanya harus berkolaborasi menjaga wajah keagamaan yang menyejukkan dan membangun masyarakat yang damai,” ujarnya.

Ali Masyhur menutup arahannya dengan sebuah analogi yang menyentuh. Ia mengibaratkan penyuluh seperti bambu: jika berdiri sendiri mudah roboh, tetapi jika terikat bersama akan kokoh menghadapi badai.

“Kita tidak butuh Superman, yang kita butuhkan adalah supertim. Dengan kerja kolektif, penyuluh bisa menjadi teladan nyata. Hadir lebih awal di kantor, disiplin, dan mampu menunjukkan wajah Islam yang penuh kasih sayang,” tandasnya.

Pembinaan ini diharapkan mampu memperkuat semangat penyuluh agama di Bondowoso untuk terus berinovasi, menyampaikan dakwah yang menyejukkan, dan menjadi uswah hasanah bagi masyarakat.(Tim)